Situasi di Jalur Gaza mengalami perubahan yang sangat serius, dengan aksi militer pasukan Zionis menarik kecaman dan kekhawatiran dari berbagai pihak. Sekretariat Media Pemerintah di Gaza mengungkapkan statistik yang mengkhawatirkan, menyatakan bahwa 40.000 ton bahan peledak telah dilepaskan di Gaza sejak 7 Oktober, dengan tujuan jelas untuk membuat wilayah tersebut tidak dapat dihuni.
Penghancuran Tanpa Sebanding
Salama Maarouf, Kepala Sekretariat Media Pemerintah, menyampaikan seriusnya situasi, menekankan bahwa bom-bom terkini yang digunakan oleh pasukan pendudukan tidak seperti yang pernah dilihat sebelumnya. Operasi militer, yang dilakukan di luar jangkauan kamera, mengakibatkan pemakaman ratusan syuhada. Tujuan di balik tindakan pendudukan tampaknya adalah menghancurkan Gaza sepenuhnya, sehingga tidak mungkin bagi orang untuk tinggal di wilayah tersebut.
Gencatan Senjata Kemanusiaan dan Dampaknya
Maarouf juga membahas gencatan senjata kemanusiaan yang baru disepakati antara Israel dan Hamas, yang mulai berlaku pada 24 November 2023. Meskipun adanya keseimbangan sementara, dia menyoroti skala besar dari pembantaian yang terus berlangsung selama hari-hari damai, menyebabkan kerusakan besar pada berbagai infrastruktur dan area tempat tinggal.
Panggilan Darurat untuk Tindakan Internasional
Dengan ekspresi keprihatinan atas ketidakmampuan pasokan penting mencapai sepertiga penduduk Gaza, Maarouf mendesak pendirian rumah sakit lapangan yang besar. Dia menyoroti ketiadaan lembaga internasional di Gaza dan mendesak komunitas internasional untuk turun tangan.
Bom Dipandu Satelit
Dalam wawancara dengan Al Jazeera, Salama Maarouf mengungkapkan bahwa 90% dari bahan peledak yang dilepaskan oleh pasukan penjajah Zionis dipandu satelit. Dia menegaskan kebaruan bom-bom ini dan kesulitan dalam merekam kekejaman tersebut dengan kamera karena kesulitan komunikasi dengan dunia luar.
Kebutuhan Mendesak akan Rumah Sakit Lapangan
Menanggapi kebutuhan mendesak akan fasilitas medis, Maarouf menekankan pentingnya mendirikan rumah sakit lapangan yang besar, karena kapasitas Rumah Sakit Al-Shifa tidak mencukupi dan tidak dapat digunakan lagi akibat serangan yang terus berlangsung. Dia menolak klaim penjajah bahwa Rumah Sakit Al-Shifa berfungsi sebagai pusat komando Hamas sebagai tidak berdasar.
Kesimpulan
Krisis kemanusiaan di Gaza semakin memburuk, dengan pasukan Zionis menggunakan tingkat penghancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya. Panggilan untuk intervensi internasional sangat mendesak, karena penduduk Gaza tidak hanya menghadapi ancaman langsung dari serangan bom, tetapi juga konsekuensi jangka panjang dari wilayah yang menjadi tidak layak dihuni akibat serangan yang terus menerus. Respons komunitas internasional akan menjadi kunci dalam meredakan penderitaan dan membangun kembali kehidupan yang hancur di Gaza.